Hamparan Puisi - 4

on Rabu, Agustus 19, 2009

Rindu Antara Senja dan Malam


Pada warna kaki langit senja yang jatuh,

ada sketsa buram wajahmu yang tak selesai,

garis dibawah lekuk matamu,

aku kenali seperti garis-garis awan yang mulai redup,

setelah matahari masuk ke kamar peraduannya, sebentar tadi,

tak sempat kulihat senyum mu seperti kata yang lirih,

atau kilatan cahaya dari manik mata mu yang sunyi,

semua tak terdengar disapu angin senja yang kali ini,

lebih keras derunya dari waktu kemarin


adakah malam ini dapat kureka,

disudut mana hendak kuletakkan barang sejenak,

beban kerinduan yang demikian berat ini,

agar bebas bermain-main dengan malam

dan waktu-waktu kesepian


aku menengadah ke langit yang tak lagi ada sketsa wajahmu,

nestapa bergemuruh meremuk dinding kalbu yang nyaris tanpa suara,

menahan kepiluan, menghitung detak waktu yang tak kutemukan ujungnya


andai engkau ada dihadapan ku,

dapatkah engkau selesaikan tanya tentang

rindu dan nestapa ini menjadi serpihan kecil,

seperti gemintang yang berserakan disergap malam,

suaranya tersekat, mengerlip, namun tak terjemahkan


perjalanan ini adalah tentang kerinduan yang menggumpal,

dan tak terpecahkan,

tentang cinta yang sesunggukan,

meratapi ketiadaan mu


Koez, 2009

0 komentar: