Perpisahan
Dik,
Hitungan hari dalam buku kita akan terpenggal
Oleh waktu dengan sayup suara yang akan terpisah,
Sampai juga akhirnya kita berada di satu titik,
Dimana tak lagi dapat ku urai derai tawa dan air mata,
Tak lagi dapat ku ungkap sederetan hari-hari kita
Tak kuyakin, adakah kusanggup menahan kegundahan
Di sela-sela dinding jiwaku yang membeku kelu
Dik,
Selaksa kemarin engkau menghidupkan lilin di belahan kehidupanku,
Suara mu masih kurasa bagai gelombang samudra
Yang menghantam relung jiwaku,
Derai kata yang engkau tabur bagai api yang membakarku,
Cerita yang pernah engkau titipkan, bagai suara kidung yang tak terhentikan
Adakah kusanggup melupakan setiap helai rambutmu yang terurai,
Adakah kutahu, dimana harus kuletakkan kenangan tentangmu,
Karena, waktu yang akan menerbangkanku ke angkasa
Bersama desah nafas dan wangi tubuhmu diantara awan yang kelam
Dik,
Mungkin akan tersebar air mata dan kesedihan di setiap sudut taman
Dimana kita pernah bersapa dalam waktu berganti waktu,
Andai jika ada yang aku sesalkan, bukanlah karena ruang dan waktu
Yang membentangkan jarak diantara kita,
Tapi adakah lagi kata dan bahasa yang dapat kurangkai ditengah kebisuan hati,
Adakah kidung dan serenade yang dapat kusenandungkan untuk kau kenang,
Karena esok, aku akan berdiri di suatu tempat, dimana cinta yang kau titipkan
Akan bisa jadi lenteraku menembus kegelapan hidup
Tapi juga bisa jadi mata pisau yang menyayatku menjadi serpihan kecil dan luka
Koez, 2008
0 komentar:
Posting Komentar